.


glitter-graphics.com
Custom Glitter Text

I made this widget at MyFlashFetish.com.

Kamis, 11 Februari 2010

Izinkan aku berbuat sesuatu untukmu (Gara Kembali)


Gara-gara jatuh cinta dengan -RANA-

Sudah lima bulang Gara belum juga ada tanda-tanda kehidupan atau hilang. Selama itu pula nomer ponselnya tidak bias dihubungi. Rana juga merasa kehilangan. Selama dirinya mengenal Gara dia tidak pernah melihat tingkah aneh seperti saat ini. Cerahnya udara pagi tetap mengantarkan jejak-jejak kenangan bersama Gara. Malam itu. Siang itu di halte. Ah semuanya. Bersama teman-temannya yang lain. Gading and the genk.
Etssss,,,, sabar sebentar lagi ceritanya tamat,,, so baca sampe selesai yahhh....


Whuuuuussssss. Rana tersadar oleh angin yang menyusup masuk lewat jendela kamar kostnya. Memandang ke jendela. Hari ini hari minggu. Libur. Saatnya memanjakan diri. Santai di istana kecilnya.

“Pos pos,,,” sebuah suara asing mampir ke telinganya. Matanya melongok ke arah luar jendela. Ada Pak Pos. Hmmm kiriman dari siapa ya?
“Neng ada Pos buat Neng Rana,”
“Dari siapa Pak?”
“Hmmmm kayaknya dari pacar Eneng kali ya? Bapak kan tidak tahu,” ucapnya jujur.
“Oh iya ya Pak. Makasih Pak, nggak minum dulu Pak. Ngopi-ngopi gituh,” ajaknya ramah.
“Aduh Neng meuni udah cantik baik lagi, pasti Eneng banyak temannya. Haturnuhun Neng saya mau keliling lagi, takut ujan nanti motor butut Bapak mogok lagi. Mari Neng,”
“Oh iya Pak,,, makasih. Hati-hati pak,”Langkah kakinya berjalan menuju ke kamar kost. Meski libur hampir semua penghuni kost bertandang ke rumah saudaranya. Ah Rana mana bisa. Semua keluargan dan kerabatnya ada di ujung desa. Hanya dirinyalah satu-satunya yang nekad merantau demi biaya sekolah adik-adiknya di kampong. Disana nun jauh terpencil.

Tubuhnya di sandarkan di kursi teras. Perlahan tangannya merobek sampul surat berwarna biru. Warna kesukaannya. Dua lembar kertas. Satu berukuran sedang dan yang satunya mungil kecil seiprit. Tapi disitulah jawaban hatinya kelak akan terjawab. Lembar pertama berisi tumpahan rasa dari si pengirim. Menanyakan kabar ini dan itu. Berharap ada tanda-tanda siapa gerangan penulis itu. Nihil. Tidak ada nama pengirimnya. Lembar kedua berisi secuil kata. Puisi.


BUAT KAMU
Satu titik bintang
Menemani dalam bayang
Satu ranting retak terinjak
Tapi petikan asa
Tetap ada bersamamu

Lembar kedua pun masih tidak ada tanda atau coretan tak berbentuk semacam paraf. Ah mungkin ini salah kirim. Begitu pikirnya. Hmmmm dari siapa ya? Aku musti tanya sama Gading ah nanti malam. Ucapnya kembali dalam hati sebelum akhirnya suara cempreng mengejutkan.

“Ciyeeeeeeeee yang dapat surat cinta. dari siapa Na?” tanya Vivi teman kostnya di kamar sebelah ternyata dia nggak kemana-mana. Malah bajunya masih kusut. Baru bangun tidur, berarti dia lagi shift malam. Biasanya jam 2 dia berangkat dan baru pulang tengah malam. Di Pabrik plastik.
“Nggak tau nih nggak ada nama si pengirimnya,”
“Ohya isinya apaan?” tanyanya penasaran.
“Nih baca ajah. Lagian nggak ada rahasia kok, umum special buat kamu hehhehee,”
“Wow so swiiittt. Tapi Na disini stempelnya masih area Jakarta nih. Tuh malah ini kan deket kantor posnya. Dikirim hari ini langusng nyampe busyeeeeeeeet ajippp. Dari penggemar elo kali?”
“Ah sok tau loe,”
“Yeeeeeee dibilangin. Yasud terus surat ini mau digimanain?”
“Itu diye gue juga bingung. Gue mau tanya sama Gading kali aja dia tau. Atau nggak sama siapa kek teman kerja gituh,”
“Buat apa elo tanya-tanya orang malu-maluin aja.” sebuah suara asing yang kedua mampir lagi ditelinga Rana. Begitu juga di telinga Vivi yang asyik duduk di teras kost-an bersama Rana. Mereka tidak menyadari sedari tadi ada yang mendengarkan pembicaraannya. Rana pelan mendekati si pemilik suara.
“Maaf anda siapa ya?”
“Hmmm siapa aku, kamu nggak perlu tau. Tapi yang jelas aku tau siapa kalian berdua,” ujarnya sedikit keki ketika menyebutkan kata aku-kamu. Bukan kebiasaannya yang ber-gue-gue-elo-elo.
“Hah,” kali ini bukan hanya Rana yang bibirnya melongo dan matanya membulat. Kaget plus penasaran.
“Udah nggak usah kaget gitu kali, biasa aja,” ujar pemuda itu seolah melihat mimic lucu wajah dua cewek di belakangnya.
“Tapi kamu itu siapa sih? Aku samperin menghindar emang nggak malu apa ngomong adu punggung?” ucap Rana kesal dan tanpa sadar ikut-ikutan ber-aku-kamu. Aneh.
“Busyet dah Ran,,, jutek amat ama sohib. Hahhaahhahahhaa apa kabar bestfrend?????” ucap pemuda itu dan berbalik merentangkan kedua tangannya.
“Garaaaaaaaaa,,,, akhirnya elo balik lagi,” jerit Rana histeris
“Ya ampuuuuuuuuuunnn Garaaaaaaaa,,, kemana aja loe?” ucap Vivi tak kalah kagetnya. Mengatur nafas sejenak dan melanjutkan kata-katanya.
“Hmmm tuh Rana hampir jadi mayat hidup nungguin elo. Ampe jamuren tuh badan, hhehhehehe. Ya udah gue ke dalam ya, mau mandi terus langsung cabut deh, daahh,” Rana dan Gara hanya tersenyum mengangguk mengantarkan punggung Vivi masuk ke dalam rumah kost.
Hari minggu itu terasa semakin indah. Bahkan kota yang hampir tiap hari di guyur hujan kali ini absent. Malah cerah. Secerah hati Rana. Dan hati Gara????
Tanpa ba-bi-bu lagi akhirnya keduanya bercerita tentang kejadian malam itu.

Gara ternyata pingsan dan diketemukan oleh pemulung yang membawa gerobak. Pemulung itu membawa Gara ke rumah gubuknya. Gara pun pulih. Tapi Gara harus menemani Pak Udin pulang kampung karena keluarganya tertimpa gempa bumi. Di Tasikmalaya. Yah demi membalas budi Gara pun ikut ke Tasik. Karena terburu-buru dirinya tak sempat berpamitan pada teman-teman jalanannya. Termasuk pada Rana. Ponsel yang dimilikinya entah dimana. Mungkin terjatuh ketika razia itu.
****

Keesokan harinya. Gara kembali mengejutkan Gading. Dengan mengirimkan sebuah surat yang mengabarkan kematian dirinya (sssttt ini cuma akal-akalannya Gara pada Gading).

Gading setengah mati bertemu Gara di malam itu. Begitu juga Rana (ssssttt ini juga skenario Rana). Gading hampir lari ketakutan melihat Gara hidup. Wajahnya putih. Pucat. Tapi Gara dan Rana berhasil mencegah. Gara dan Rana pun terus berlomba menceritakan semuanya. Ketiganya tertawa lepas, bebas dan riang.

Bintang bertabur di langit. Angin malam terasa halus menyeka pipi ketiganya. Malam itu Gara pun kembali menyatakan cintanya pada Rana. Tanpa pikir lagi Rana pun menerima cintanya. Duuuuuuuuhhh akhirnya cinta itu pun datang ke relung hati Rana. Akhirnya cinta itu pun bertaut satu sama lain. Gading hanya nyengir kuda. Cemburu?? Tidak. Gading adalah sahabat baik mereka. Malam itu terasa lebih indah dari malam-malam sebelumnya.

*****

Meski dunia hitam menghampiri anak jalanan.
Para penghuni trotoar pun berhak mencintai dan dicintai.
Karena cinta itu soal hati.
Cinta tak memandang apapun, dimanapun, kapanpun dan siapapun.
Jangan pernah menyalahkan cinta.
Jangan pula terlalau erat mengenggam cinta.
Biarkan cinta itu memiliki ruang sendiri.
Memiliki nafas indah dalam sanubari.
Special cerita untukmu sang musisi jalanan yang menemukan cinta sejati lewat suara gitarmu


Gitar embun yang menemani dentang syair lagu cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...