Sesaat setelah cahaya keemasan malu-malu mengintip bumi
Kakiku terduduk lemas di depan teras
Mata pipitku memandang jauh pada sepeda yang tengah di kayuh
Sepeda milik Ayahku,,,
Punggung renta itupun perlahan sosoknya tertelan jarak
Semakin menyusut dan menjauh
Meski butut, roda sepeda itu masih bisa dikayuh
Masih bisa menelan dan menembus waktu
Memamah hampir semua pil pahit kehidupan
Tapi tetap terus tersenyum bersama kerutan usia
Tengkukku perlahan menunduk
Mataku tertuju pada ubin semen rumahku
Kursi roda yang menjadi selimut kehidupan
Yang selalu kuat bila terus terbentur tiap sudut rumahku
Yang selalu tersenyum diatas kata dan cerita
Kursi rodaku pun terus berpetualang bersama roda kehidupan
Dengan kendaraannya sebuah pena
Dengan bahan bakarnya adalah cerita dan puisi
Serta berpetualang pula
Bersama roda sepeda ayahku
Sebagai tukang pos
Note :
Cerita seorang gadis cacat yang masa hidupnya di habiskan di atas kursi roda. Hari-harinya diisi dengan menulis dan berpuisi lalu dikirimkan lewat pos. Ayahnya yang sudah tua bekerja di kantor pos di desanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar